Sedih dan marah merupakan pengalaman biasa dan normal dalam kehidupan kita. Sedih dan marah dapat timbul karena banyak faktor penyebabnya, seperti diremehkan atau dicemooh orang, dibully, ditinggal pergi orang yang dicintai, diputus hubungan kerja atau pacar, tidak diperhatikan istri/suami/anak/orang tua, diabaikan keberadaannya, dan sebagainya.
Dalam kesedihan atau kemarahan ada titik kesamaan yang dialami seseorang, yaitu menjadi lebih kreatif. Kreatif dalam mengolah kesedihan atau kemarahannya ataupun dalam mengekspresikannya. Saat sedih seorang diri, ada yang bersikap diam merenung, ada yang menangisi diri sesungukkan, dan tatkala ada yang melihat atau menghiburnya malah menangis meraung-raung lebih keras, sejadi-jadinya. Ketika marah, ada yang diam, ada pula yang merusak suasana atau barang atau mengorbankan orang di sekitarnya sebagai luapan kemarahan dan emosinya. Ada kreatifitas pengolahan atas rasa sedih dan marah; bahkan ada kecenderungan didramatisir dalam ekspresinya sehingga orang lain “tahu” bahwa seseorang itu sedang sedih atau marah. Kreatifitas mencari “perhatian lebih dan pengakuan dengan ‘membangkitkan rasa iba'” orang lain. Kasihan.
Tak jarang dengan ekspresi kesedihan dan kemarahan itu, seseorang mau menunjukkan identitas dirinya (siapa dirinya) dan tentu saja karakter yang sesungguhnya.
Semua itu manusiawi dan biasa. Namun sejatinya, yang luar biasa dari kreatifitas positif kesedihan adalah kemampuan seseorang melampaui rasa sakit saat sedih dan marah. Kemampuan melampaui itulah kadar kualitas positif karakter, kepribadian dan mentalitas seseorang. Ekspresinya pasti sangat elegan, dewasa dan mengagumkan, tersirat nilai-nilai keutamaan. Identitas dan kesayaannya tidak tergantung pada situasi ekspresi dan kondisi. Kreatifitas sedih dan marahnya menjadi arah kematangan pribadi dan keanggunan kedewasaan.
Banyak pribadi yang tidak mampu melampaui rasa sakit ketika sedih dan marah meski secara umur tua. Seringkali ekspresi spontan instingtif menjadi “kebanggaan tua” dan kreatifnya menjadi-jadi. Mari belajar, “sedih dan marah dapat membuat Anda merasa lebih kreatif; dan dengan menjadi kreatif, Anda bisa melampaui rasa sakit Anda.” (Yoko Ono, Seniman asal Jepang)
Salam Inspiratif
Koko Miko
Guru Pendidikan Mastery Holistic Integrative/
MT. Excellency Educator